Gusdur

Gusdur
Gus Dur, sejak munculnya seperti Joko Tingkir, mengobrak-abrik kebobrokan masyarakat, merobek sekelumit kumal ummat, mendongkel kekuasaan yang diktator, dan mengajak bersunyi senyap di tengah keramaian kehidupan modern. Seperti kakeknya, Joko Tingkir, yang mampu melawan “40 buaya” dan mematikan Kebo Edan yang mengamuk, maka representasi di alam dewasa ini, adalah Gus Dur yang penuh dengan gugatan, pencerahan, pendidikan dan kepedulian serta kasih sayang.

Joko Tingkir telah lulus ujian menapaki maqomat dalam Thariqat Sufi, hingga menuntaskan 40 maqomat, yan.g setiap maqomat ada tantangannya, ujiannya, yang disimbolkan dengan .ganasnya binatang buaya. Setiap tantangan dan cobaan hingga 40 tahap yang ganas telah dilaluinya, dan Joko Tingkir, benar-benar meraih kebeningan akal sehat “Thingkir” (Kenthing Pikir). Saat menjadi “Thingkir”, ia melawan Kebo Ndanu (kerbau gila yang mengamuk), .sebagai simbol dari kebodohan, emosional, kebinatangan, dan kebobrokan mental penguasa saat itu. Siapa pun yang menjadi penguasa harus .mengalahkan semua itu, “kerbau” yang ada dalam jiwa dan otaknya.

Gerakan Gus Dur yang telah muncul sejak tahun 80-an, genap dua puluh tahun Gus Dur berjuang, layaknya si Joko Tingkir, di satu sisi harus Mujahadah untuk melawan 40 buaya nafsu dalam dirinya, di sisi lain harus keluar dengan menantang dan mengalahkan kebodohan, kemunduran, kediktatoran, kezaliman, yang bersembunyi di balik nama .agama, nama bangsa, bahkan nama Tuhan.

Dan sekarang, Gus Dur sedang berada di depan Sang Kekasih, semoga pantulan Cinta dan Kasih-Nya, membias ke seluruh generasi bangsa ini. Itulah, barangkali, cara kita ber-tawassul, m.elalui Gus Dur. Amin. Bila seorang hamba telah merasa menanjak derajatnya di hadapan Allah, dan terus berambisi untuk naik derajatnya, sampai pada titik ia baru

menyadari bahwa seluruh perjalanan ruhaninya tak lebih dari nafsu yang menjijikkan. Karenanya nafsu harus .ditinggalkan, dan segeralah menuju Gerbang Allah Ta’ala.

Awal ketundukannya adalah Muthmainnahnya nafsu, lalu hanya ingin kembali kepadaNya, kemudian hanya .ingin meraih ridho dan terlimpahi ridhoNya. Nafsu memang mendorong pada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati olehNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar